Desa Talunombo, Kecamatan Sapuran, Wonosobo, tengah menjadi sorotan berkat inovasi pengolahan sampah plastik menjadi minyak melalui teknologi pirolisis. Namun, pengembangan teknologi ini ternyata masih menyimpan banyak peluang penyempurnaan.
Saat ini, alat pirolisis yang digunakan bersifat statik. Artinya, proses peleburan plastik di dalam reaktor masih kurang optimal karena material plastik tidak merata mengisi ruang. Ada ide menarik dari rekan-rekan di bidang teknik mesin: bagaimana jika alat pirolisis ini dibuat bisa bergetar? Dengan adanya getaran, plastik-plastik akan mengisi celah kosong di dalam reaktor, sehingga proses pelumeran menjadi lebih cepat dan efisien. Teknologi getar ini bisa beragam, mulai dari mekanisme goncangan hingga induksi magnetik. Inilah peluang inovasi yang masih sangat terbuka untuk dioptimalkan.
Tak hanya soal mekanik, integrasi teknologi digital pun menjadi perhatian. Ada gagasan menambahkan transduser dan sistem kontrol berbasis software atau smartphone. Bayangkan saja, Pak Lurah di kantor bisa memantau kinerja alat pirolisis secara real-time. Ini bukan sekadar teknologi, tetapi juga bentuk transparansi dan efisiensi dalam pengelolaan sampah desa.
Yang menarik, Desa Talunombo sudah menjalin kerja sama dengan desa-desa lain untuk menerima sampah plastik. Sampah plastik yang semula menjadi masalah lingkungan, kini malah dibeli seharga Rp1.000 per kilogram untuk diolah. Mesin pirolisis di Talunombo juga multifungsi, karena bukan hanya mengolah plastik, tetapi juga minyak jelantah dan oli bekas.
@mujisetiyo_ TPS3R tidak hanya bisa memilah sampah, tapi juga bisa merubahnya menjadi minyak untuk bahan bakar. Kira kira spek minyaknya sama dengan solar atau bensin yang ada di SPBU apa tidak ya? Yuk simak videonya sampai akhir #pirolisis #sampahplastik #sampah #tps3r #talunombo #wonosobo #minyak #solar
Namun, ada hal penting yang perlu dipahami masyarakat: minyak hasil pirolisis tidak sama dengan solar atau bensin yang dijual di SPBU. Bahan bakunya berbeda, sehingga spesifikasinya pun berbeda. Visi utama alat ini bukan untuk menghasilkan bahan bakar setara SPBU, tetapi untuk mengurangi beban lingkungan. Sampah plastik yang sebelumnya mencemari lingkungan diubah menjadi produk yang masih bermanfaat, misalnya sebagai bahan bakar untuk mesin industri, burner, atau boiler.
Dengan demikian, teknologi pirolisis di Talunombo tidak hanya menawarkan solusi lingkungan, tetapi juga potensi nilai ekonomi. Satu sisi, lingkungan menjadi lebih bersih. Sisi lain, muncul produk utama dan produk sampingan (by-product) yang bisa dijual. Bahkan, TPS3R di Talunombo kini mulai berdampak ekonomi, sosial, dan edukasi. Lokasi ini kerap menjadi destinasi kunjungan anak-anak sekolah yang ingin belajar proses pengolahan sampah secara langsung. Masyarakat juga dapat membeli pupuk dengan harga lebih murah, meskipun pupuk organik yang dihasilkan masih membutuhkan penyempurnaan agar siap pakai di lahan.
Para pengelola TPS3R di Talunombo berharap kolaborasi dengan mahasiswa, akademisi, dan pihak-pihak terkait terus berlanjut. Bukan hanya untuk menyempurnakan teknologi pirolisis, tetapi juga mengoptimalkan produk turunan seperti pupuk organik. Harapan besarnya adalah terciptanya empat dampak positif: ekonomi, sosial, lingkungan, dan edukasi, yang pada akhirnya dapat membentuk budaya baru menuju peradaban yang bersih dan berkelanjutan.
Semoga inovasi dari Desa Talunombo ini menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk mengelola sampah dengan cara yang lebih bijak dan bernilai ekonomi.