Beberapa waktu lalu, saya mendapatkan pertanyaan menarik dari seorang mahasiswa: “Pak Muji, dosen kan ada tunjangan kinerja. Kalau mahasiswa, ada enggak tunjangan kinerja mahasiswa?”
Pertanyaan ini bukan sekadar guyon, tapi justru menyentuh sesuatu yang sangat esensial: pengakuan terhadap capaian mahasiswa, baik akademik maupun non-akademik, dalam bentuk yang lebih terstruktur dan mungkin berdampak langsung pada biaya pendidikan mereka.
Apa Itu Tunjangan Kinerja Mahasiswa?
Jika dosen menerima tunjangan kinerja yang biasanya dikaitkan dengan pendapatan tambahan berdasarkan kinerja tridharma, bagaimana dengan mahasiswa? Saya berpendapat bahwa mahasiswa pun seharusnya memiliki mekanisme serupa, namun bukan dalam bentuk uang langsung, melainkan dalam bentuk angka kredit kinerja yang kemudian bisa dikonversi menjadi pengurangan UKT (Uang Kuliah Tunggal), beasiswa, atau penghargaan lain yang sepadan.
Misalnya begini:
-
Mahasiswa A memenangkan lomba tingkat nasional → mendapat 100 kredit kinerja.
-
Mahasiswa B juara tingkat lokal → mendapat 50 kredit kinerja.
Kemudian, setiap kredit dikalikan dengan indeks tertentu, misalnya Rp50.000 per kredit. Maka:
-
Mahasiswa A akan mendapatkan potongan UKT sebesar 100 x 50.000 = Rp5.000.000
-
Mahasiswa B sebesar 50 x 50.000 = Rp2.500.000
Ilustrasi ini memang hipotetis, tapi menggambarkan dengan jelas bagaimana penghargaan terhadap kinerja bisa dimodelkan secara objektif dan terukur.
Apa Manfaatnya?
-
Memotivasi Mahasiswa: Ketika tahu bahwa kerja keras mereka diakui secara konkret, mahasiswa akan lebih terdorong untuk berprestasi.
-
Menumbuhkan Budaya Kompetisi Sehat: Tidak hanya fokus pada nilai IPK, tetapi juga pengembangan diri melalui kegiatan kemahasiswaan dan lomba.
-
Penerapan Meritokrasi di Kampus: Memberikan reward yang adil bagi yang berprestasi, bukan sekadar berdasarkan latar belakang ekonomi.
Apakah Ini Realistis?
Tentu, untuk mewujudkan sistem seperti ini dibutuhkan regulasi, sistem penilaian, dan kebijakan kampus yang matang. Tapi bukan berarti mustahil. Banyak kampus sudah memiliki sistem tersebut yang bisa menjadi dasar penghitungan kredit kinerja. Langkah selanjutnya tinggal keberanian untuk mengintegrasikan sistem tersebut dalam skema pembiayaan pendidikan.
Jika kampus ingin menghasilkan lulusan yang tidak hanya pintar secara akademik, tapi juga tangguh dan aktif dalam berbagai bidang, sudah saatnya kita mempertimbangkan bentuk “tunjangan kinerja mahasiswa” ini. Tidak hanya sebagai konsep idealis, tetapi sebagai sistem yang nyata, terukur, dan berdampak langsung pada kehidupan mereka di kampus.