Bagi dosen, khususnya yang masih berada di tahap awal karier akademik, publikasi ilmiah adalah salah satu tonggak penting. Namun, di tengah dorongan untuk produktif menulis, muncul tantangan besar: membedakan jurnal bereputasi dengan jurnal predator.

Menurut Prof, kunci utamanya terletak pada proses penerbitan. Jurnal bereputasi biasanya melalui tahapan yang jelas dan ketat:

  1. Submission – Penulis mengirimkan naskah.

  2. Preevaluation – Editor melakukan penilaian awal apakah naskah layak dilanjutkan ke tahap review.

  3. Peer Review – Naskah direview oleh beberapa pakar sesuai bidangnya, diikuti proses revisi.

  4. Copy Editing & Proofreading – Perbaikan bahasa, format, dan tata letak.

  5. Publication – Artikel diterbitkan secara resmi.

Proses ini membutuhkan waktu—bisa berbulan-bulan—namun justru di situlah kualitas terjaga. Setiap kesalahan dalam penulisan, data, atau penyajian akan diingatkan untuk diperbaiki.

Ciri jurnal berkualitas biasanya terlihat dari:

  • Tampilan dan tata letak rapi.

  • Bahasa yang mudah dipahami.

  • Penyajian tabel dan gambar mengikuti standar internasional. Misalnya, angka desimal ditulis dengan titik (7.08), bukan koma (7,08).

  • Review history jelas dan dapat dilacak.

Sebaliknya, jurnal predator sering kali:

  • Memiliki tampilan seadanya.

  • Menggunakan format dan istilah lokal tanpa penyesuaian internasional.

  • Menawarkan proses kilat seperti “submit hari ini, publish besok” atau “LoA (Letter of Acceptance) dalam seminggu”.

Menurut Prof, tawaran seperti itu harus dihindari. Memang, bagi dosen muda yang dikejar target publikasi, proses cepat bisa terlihat menggiurkan. Namun, risiko jangka panjangnya besar. Jika suatu saat telah mencapai jenjang profesor, pengalaman publikasi di jurnal predator justru bisa menjadi penyesalan.

Pesannya tegas:

“Lebih baik sejak awal kita menggunakan cara-cara yang fair saja. Seorang editor menerbitkan jurnal untuk memuat karya orang lain, bukan curhat pribadinya. Pastikan kita adalah salah satu dari orang lain itu—dengan karya yang layak.”

Dengan memahami proses, ciri, dan etika publikasi, dosen pemula dapat menghindari jebakan jurnal predator dan menjaga integritas akademiknya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Yuk, Ikuti Media Sosial Kami!
Dapatkan informasi terbaru, inspirasi, dan berbagai kegiatan menarik lainnya dengan mengikuti akun resmi kami di media sosial.

 

Jangan lupa untuk tinggalkan jejak digital ya..