Di berbagai daerah di Indonesia, acara hajatan sering identik dengan penggunaan sound system berdaya besar, yang kini populer disebut sebagai “sound horeg.” Suaranya bisa terdengar dari jarak ratusan meter, bahkan kadang memicu keluhan warga sekitar. Tapi, seberapa bising sebenarnya suara dari sound horeg ini?
Berapa Desibel Suara Sound Horeg?
Berdasarkan referensi dari lapangan dan media, suara dari sound horeg bisa mencapai:
-
100–120 dB pada jarak dekat dari speaker utama
-
130 dB atau lebih pada sistem ekstrem, terutama yang dipakai dalam kontes SPL (Sound Pressure Level)
-
85–95 dB pada jarak sekitar 10–15 meter dari panggung
Menurut artikel dari Times Indonesia, pengukuran lapangan menunjukkan bahwa sound system hajatan bisa melebihi 100 dB, jauh di atas batas aman yang direkomendasikan oleh WHO dan Kemenkes, yakni 85 dB.
Apa Risiko Paparan Suara di Atas 85 dB?
Paparan suara keras dalam waktu lama dapat menyebabkan gangguan pendengaran permanen. Berikut panduan umumnya:
Tingkat Suara | Risiko |
---|---|
85 dB | Batas aman untuk paparan hingga 8 jam per hari |
100 dB | Aman hanya untuk 15 menit per hari |
120 dB | Ambang rasa sakit |
130 dB ke atas | Risiko kerusakan langsung, meskipun hanya beberapa detik |
National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) mencatat bahwa setiap kenaikan 3 dB memotong waktu paparan aman menjadi separuhnya. Jadi, jika Anda berada di dekat speaker sound horeg selama 1 jam, telinga Anda mungkin menerima paparan setara 8 jam di pabrik industri tanpa pelindung.
Apa yang Harus Dilakukan?
Jika Anda penonton atau tetangga:
-
Gunakan earplug jika harus dekat dengan panggung.
-
Jaga jarak aman dari sumber suara.
-
Lapor RT/RW atau aparat jika volume melebihi ambang batas yang wajar.
Sound horeg memang bagian dari budaya hiburan masyarakat, namun tanpa kendali volume, ia bisa menjadi sumber kerusakan pendengaran jangka panjang. Yuk, kita dorong kesadaran akan pentingnya penggunaan sound system yang ramah lingkungan suara.