Di abad ke-21 ini, kehidupan manusia telah dimanjakan oleh berbagai kemajuan teknologi. Inovasi dalam bidang kesehatan, transportasi, hingga kecerdasan buatan telah memperpanjang harapan hidup dan meningkatkan kualitas hidup di banyak belahan dunia. Kita hidup dalam era kemudahan namun ada pertanyaan besar yang mengintai di balik semua itu: sampai kapan bumi mampu menopang gaya hidup kita saat ini?
Sayangnya, di balik kenyamanan tersebut, terdapat ancaman besar yang terus mengintai: perubahan iklim. Pemanasan global bukan lagi isu masa depan. Ia nyata dan sudah kita rasakan dalam bentuk suhu ekstrem, banjir bandang, kekeringan berkepanjangan, dan bencana iklim lainnya. Semua ini terjadi karena ketidakseimbangan antara apa yang kita ambil dari alam dan apa yang kita kembalikan padanya.
Alam bekerja berdasarkan prinsip timbal balik. Jika kita terus mengambil tanpa memberi, maka pada akhirnya ia akan berhenti memberi. Mewujudkan masa depan yang berkelanjutan bukanlah utopia, melainkan tanggung jawab bersama. Target dekarbonisasi adalah jalan panjang, dan kita sedang berada di tengah-tengahnya. Saatnya memilih: ikut terlibat atau diam dan menyaksikan bumi melemah perlahan.
Gas Rumah Kaca dan Dampaknya bagi Bumi
Salah satu penyebab utama perubahan iklim adalah emisi gas rumah kaca (GRK), terutama karbon dioksida (CO₂), metana (CH₄), dan nitrous oxide (N₂O). Gas-gas ini berasal dari pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam. Selain itu, partikel seperti black carbon yang berasal dari pembakaran tidak sempurna juga ikut berkontribusi memperburuk kondisi atmosfer.
Black carbon, misalnya, mampu menyerap panas matahari jutaan kali lebih efektif daripada CO₂. Ukurannya yang sangat kecil memungkinkan ia masuk ke dalam paru-paru manusia dan bahkan menembus ke dalam aliran darah. Ini menjadikannya tidak hanya ancaman bagi lingkungan, tetapi juga bagi kesehatan manusia.
Komitmen Global Menuju Net Zero
Untuk merespons krisis ini, dunia telah menyepakati serangkaian target dekarbonisasi. Sejak 1992 melalui UNFCCC, negara-negara mulai menyatukan langkah untuk mengendalikan laju perubahan iklim. Kesepakatan Paris tahun 2015 menjadi tonggak penting dalam mendorong dunia menuju emisi nol bersih (net zero emissions) di pertengahan abad ini.
Pada COP29 yang digelar di Baku, Azerbaijan, tahun 2024, komitmen global semakin diperkuat. Salah satu poin pentingnya adalah peningkatan pendanaan untuk negara-negara berkembang, dari USD 100 miliar menjadi USD 300 miliar per tahun hingga 2035. Pendanaan ini ditujukan untuk memperkuat aksi iklim yang inklusif dan adil secara global.
Energi Bersih dan Revolusi Hijau
Berbagai negara kini mulai mempercepat transisi ke energi bersih. Energi surya, angin, air, hingga bioenergi mulai menggantikan dominasi batu bara dan minyak. Uni Eropa telah berhasil mengurangi emisi GRK hingga 30% antara tahun 1990 hingga 2020, sedangkan negara-negara seperti Denmark dan Swedia menjadi pelopor dalam penggunaan energi terbarukan.
Di sektor transportasi, mobil listrik mulai mengambil alih pasar. Pada tahun 2023, 14% kendaraan baru di dunia adalah mobil listrik, dengan Norwegia mencatat angka luar biasa: lebih dari 80% mobil barunya sudah bertenaga listrik. Selain itu, teknologi penangkap karbon (carbon capture and storage/CCS) juga mulai diterapkan dan berhasil menyerap jutaan ton CO₂ dari atmosfer.
Mengapa Butuh Aksi Kolektif?
Emisi gas rumah kaca tidak mengenal batas negara. Apa yang dilepaskan di satu negara bisa berdampak di belahan dunia lain. Karena itu, upaya melawan perubahan iklim tidak bisa dilakukan secara sepihak. Dibutuhkan aksi kolektif global, kolaborasi antarnegara, antarsektor, bahkan antarindividu. Tanpa kerja sama global, semua komitmen hanya akan menjadi slogan kosong. Oleh karena itu, selain teknologi dan kebijakan, solidaritas dan keadilan iklim juga menjadi kunci menuju masa depan berkelanjutan.
Satu Dekade Kritis Menuju 2030
Tahun 2030 telah ditetapkan sebagai titik balik: batas waktu di mana dunia harus menunjukkan kemajuan signifikan dalam menurunkan emisi. Artinya, satu dekade ini adalah masa paling krusial dalam sejarah modern. Tindakan hari ini akan menentukan kualitas hidup generasi mendatang. Setiap dari kita bisa berkontribusi, baik sebagai ilmuwan, akademisi, insinyur, pendidik, pemuda, maupun warga biasa. Memilih energi terbarukan, mengurangi konsumsi bahan bakar fosil, hingga menyuarakan pentingnya keadilan iklim adalah langkah-langkah kecil yang membawa dampak besar.
Sumber:
Kolakoti, A., & Setiyo, M. (2024). Towards decarbonization goals: A Pathway to a sustainable future. Mechanical Engineering for Society and Industry, 4(2), 138–141. https://doi.org/10.31603/mesi.12871