Menjadi editor jurnal ilmiah bukan sekadar jabatan struktural atau administratif. Lebih dari itu, ia adalah peran strategis dan etis dalam ekosistem ilmu pengetahuan. Maka, sebelum kita bicara soal akreditasi, indeksasi, atau impact factor, mari kita ajukan satu pertanyaan mendasar: siapa sebenarnya editor jurnal itu?
Tulisan ini saya buat berdasarkan pengalaman saya menjadi editor di jurnal Automotive Experiences (AE) dan Mechanical Engineering for Society and Industry (MESI)
Memahami Ekspektasi Pengguna Jurnal
Sebagai editor, kita harus memahami bahwa kita tidak bekerja dalam ruang hampa. Kita berada di tengah ekspektasi dan tuntutan dari tiga pihak: penulis (author), pembaca (reader), dan institusi.
@mujisetiyo_ ✨ Di balik jurnal ilmiah yang berkualitas, ada dinamika tiga pihak: 📝 Author ingin cepat, mudah, dan tersebar luas. 🧑💻 Editor menjaga kualitas, etika, dan melayani dua pihak. ➡️ Kolaborasi mereka kunci menuju jurnal bereputasi! #editorjurnal #artikelilmiah #jurnal
Penulis, baik dosen, peneliti, atau mahasiswa, memiliki harapan yang sangat manusiawi. Mereka ingin proses yang mudah dan cepat: format jurnal yang tidak ribet, tanggapan cepat dari editor, reviewer yang kompeten dan relevan, waktu terbit yang singkat, dan tentunya biaya yang murah, bahkan gratis. Mereka juga berharap artikelnya terdiseminasi secara luas dan cepat disitasi.
Pembaca, di sisi lain, tidak terlalu peduli dengan proses di balik layar. Mereka hanya ingin informasi yang akurat, mudah ditemukan, mudah dipahami, menggunakan bahasa yang tidak berbelit-belit, serta tentu saja dapat diakses tanpa biaya.
Lalu, datanglah pihak ketiga: institusi. Mereka menuntut jurnal kita naik peringkat dari Sinta 4 ke Sinta 3, dari Sinta 3 ke Sinta 2, dan seterusnya. Tidak berhenti di situ, ada pula target untuk terindeks Scopus, DOAJ, atau lainnya.
Di Titik Inilah Editor Berdiri
Tugas editor adalah menyeimbangkan semua harapan itu, tanpa kehilangan prinsip dasar dari publikasi ilmiah: menjaga kualitas, etika, dan kontribusi ilmu pengetahuan.
Editor bukan hanya pelayan administratif yang mengatur tata letak atau mengejar deadline. Kita adalah penjaga gerbang mutu. Kita harus memastikan bahwa setiap artikel yang terbit bukan hanya lolos dari plagiarisme, tetapi juga memberi kontribusi nyata pada disiplin ilmunya. Di saat yang sama, kita juga tidak boleh kehilangan sisi pelayanan: menghargai penulis, memahami pembaca, dan memenuhi standar institusi.
Menjadi Editor Itu…
… adalah menjadi pelayan yang adil, fasilitator yang sabar, kritikus yang konstruktif, dan penjaga yang tegas. Kita menavigasi di antara tuntutan kecepatan dan ketelitian, antara keinginan untuk inklusi dan kebutuhan akan eksklusivitas ilmiah.
Jadi, jika hari ini Anda menjadi editor jurnal, jangan sekadar bertanya “apa pekerjaan saya?”, tapi renungkanlah kembali: “untuk siapa saya bekerja dan mengapa ini penting?”
Mari terus perbaiki sistem, tingkatkan kualitas, dan tetap mengedepankan etika. Karena editor bukan hanya pengelola jurnal, tapi juga penjaga peradaban ilmu.