Dieng, 20 Juli 2025 – Pagi itu, kawasan Dataran Tinggi Dieng kembali ramai. Ribuan wisatawan memadati area sekitar Candi Arjuna untuk menyaksikan fenomena unik yang hanya terjadi di musim kemarau: embun es atau yang lebih dikenal dengan embun upas. Fenomena ini lazim terjadi pada bulan Juli hingga Agustus, ketika suhu di Dieng dapat turun drastis hingga di bawah nol derajat Celsius.

Embun upas memang memberikan daya tarik tersendiri. Lanskap Dieng yang diselimuti kristal es tipis menciptakan suasana seolah berada di negeri salju, sesuatu yang langka di negara tropis seperti Indonesia. Tak heran, sektor pariwisata setempat ikut bergeliat. Homestay penuh, pedagang laris, dan aktivitas ekonomi warga meningkat.

Namun, di balik keindahan es yang membeku di atas rerumputan dan dedaunan, tersimpan masalah serius bagi para petani lokal. Salah satu petani menyampaikan keluhannya. Ia mengatakan bahwa fenomena es ini telah merusak tanaman kentang dan jenis hortikultura lainnya yang ditanam di ladang-ladang Dieng.

Apa penyebab kerusakannya?

Secara ilmiah, embun yang membeku di permukaan daun akan menyebabkan air di dalam jaringan tanaman juga ikut membeku. Karena air memiliki sifat anomali, yaitu justru mengembang saat membeku, maka volume air dalam sel tanaman bertambah. Proses ini menyebabkan jaringan mikro pada daun mengalami tekanan dan akhirnya pecah. Inilah yang membuat tanaman tampak layu dan rusak setelah terkena suhu beku di pagi hari.

Pembekuan ini bukan hanya merusak satu-dua helai daun, tetapi bisa berdampak luas pada seluruh tanaman. Ini tentu menjadi tantangan besar bagi para petani yang menggantungkan hidup dari hasil panen, terutama kentang sebagai komoditas utama Dieng.

Melihat kondisi ini, muncul harapan dan tantangan baru, khususnya bagi dunia pendidikan dan teknologi. Seorang akademisi yang hadir pagi itu memberikan tantangan terbuka bagi mahasiswa untuk mencari solusi teknologi terapan. Solusi yang diharapkan tidak hanya mampu melindungi tanaman dari suhu ekstrem, tetapi juga tetap mendukung sektor pariwisata yang sedang berkembang.

Bagaimana menciptakan inovasi yang bisa menahan suhu dingin di malam hari? Adakah cara menutup tanaman tanpa mengganggu proses fotosintesis di siang hari? Atau mungkinkah mengembangkan varietas tanaman tahan beku?

Pertanyaan-pertanyaan itu terbuka untuk dijawab. Fenomena embun es di Dieng tidak hanya menyajikan panorama alam yang menakjubkan, tetapi juga menghadirkan ruang kolaborasi antara sains, teknologi, dan kearifan lokal demi kesejahteraan masyarakat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Yuk, Ikuti Media Sosial Kami!
Dapatkan informasi terbaru, inspirasi, dan berbagai kegiatan menarik lainnya dengan mengikuti akun resmi kami di media sosial.

 

Jangan lupa untuk tinggalkan jejak digital ya..