Saat melewati kawasan Dieng (20/7/2025), saya mendapati pemandangan yang sudah tak asing: jajaran pipa-pipa raksasa pembawa uap panas bumi menuju turbin pembangkit listrik dan pipa pipa balik untuk megalirkan air ke kolam penampungan. Tapi ada yang menarik perhatian saya, bukan hanya jumlah pipa, tetapi juga lapisan tebal yang menyelimuti bagian dalamnya. Inilah yang disebut sebagai fouling, atau dalam beberapa konteks disebut juga “scaling”, lapisan kerak yang terbentuk akibat proses fisikokimia di dalam pipa.
Pada awalnya, diameter pipa tampak normal. Namun perlahan, karena proses pengendapan, diameter efektifnya menyempit drastis. Lapisan keras terbentuk di sepanjang dinding bagian dalam, menghambat aliran uap dan menurunkan efisiensi sistem secara keseluruhan.
Fenomena fouling ini bukan masalah sepele. Ia menjadi tantangan utama dalam sistem pembangkit listrik tenaga panas bumi (geothermal). Dampaknya sangat besar: dari penurunan efisiensi termal, meningkatnya tekanan kerja, hingga potensi kerusakan pada komponen turbin. Artinya, produksi listrik bisa terganggu hanya karena fenomena fisik yang terlihat sederhana ini.
Inilah panggilan bagi kita, khususnya rekan-rekan di bidang teknik mesin dan teknik kimia untuk ikut ambil bagian dalam menyelesaikan persoalan ini. Bagaimana cara kita membersihkan pipa-pipa geothermal dari lapisan fouling? Apakah dengan rekayasa kimia, pelapisan permukaan pipa dari material anti-endapan, ataukah dengan pengaturan aliran yang mampu mencegah terbentuknya kerak?
Bayangkan jika seluruh pipa dalam sistem panas bumi Dieng mengalami fouling seperti ini maka potensi energi yang seharusnya bisa dimanfaatkan secara optimal justru akan terbuang sia-sia.
Permasalahan ini bisa menjadi topik riset yang sangat menarik dan aplikatif. Bahkan, ini bisa menjadi bahan tugas akhir atau proyek bersama antara bidang teknik mesin, kimia, dan energi terbarukan. Sebuah tantangan nyata di lapangan yang menunggu solusi dari anak-anak bangsa.