Beberapa waktu lalu (9/6/2025), saya berkesempatan mendampingi empat mahasiswa Teknik Mesin UNIMMA dalam sebuah kegiatan pembelajaran langsung di lapangan, tepatnya di kawasan penstock Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Garung, yang mengambil air dari Telaga Menjer. Kegiatan ini merupakan bagian dari penguatan mata kuliah Mekanika Fluida dan Mesin Konversi Energi yang mereka tempuh, dan menjadi momen penting untuk menghubungkan teori yang mereka pelajari di kelas dengan realitas dunia teknik di lapangan.

Di lokasi, kami fokus pada pengambilan data penting untuk menghitung energi potensial air yang tersedia pada sisi masuk turbin. Dimulai dari pengukuran spesifikasi penstok (panjang, diameter) hingga mengukur delta H atau selisih ketinggian antara permukaan Telaga Menjer dengan titik masuk turbin. Dengan parameter-parameter ini, mahasiswa diharapkan mampu menghitung energi potensial yang tersedia menggunakan rumus klasik dari fisika teknik.

Selain itu, kami melakukan pengamatan langsung terhadap jenis turbin yang digunakan di PLTA tersebut. Berdasarkan informasi dan pengukuran daya listrik yang dihasilkan, mahasiswa diajak untuk membandingkan nilai energi potensial teoritis dengan energi listrik aktual yang dibangkitkan. Dari sinilah mereka dapat memperkirakan efisiensi turbin, serta memahami selisih energi sebagai kerugian akibat gesekan (friction loss) yang terjadi dalam pipa penstok, bergantung pada panjang, diameter, dan kekasaran material pipa.

Apa yang menarik dari kegiatan ini bukan sekadar angka-angka teknis, tetapi bagaimana mahasiswa mulai memahami bahwa desain sistem pembangkit energi air tidak sesederhana rumus di papan tulis. Mereka menyadari bahwa akurasi pengukuran sangat penting, satu meter selisih ketinggian atau beberapa liter per detik perbedaan aliran bisa memengaruhi hitungan daya listrik secara signifikan. Mereka juga belajar bahwa setiap komponen pembangkit, dari reservoir, pipa penstock, turbin, hingga generator, berinteraksi sebagai satu sistem yang utuh.

Sebagai dosen, saya percaya bahwa pengalaman langsung seperti ini adalah bagian penting dari pendidikan teknik. Ia menghidupkan teori, memancing rasa ingin tahu, dan membentuk intuisi teknis yang tidak bisa sepenuhnya dibangun dari soal-soal di buku. Ketika mahasiswa melihat langsung bagaimana turbulensi, gesekan, dan konversi energi terjadi, mereka tidak hanya belajar memahami rumus, tetapi juga belajar menjadi calon insinyur yang peka terhadap konteks dan kondisi nyata.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Yuk, Ikuti Media Sosial Kami!
Dapatkan informasi terbaru, inspirasi, dan berbagai kegiatan menarik lainnya dengan mengikuti akun resmi kami di media sosial.

 

Jangan lupa untuk tinggalkan jejak digital ya..