Sebagai dosen di Program Studi Teknik Mesin dan Teknik Otomotif UNIMMA, saya selalu berupaya menghadirkan pembelajaran yang bukan hanya teoritis, tetapi juga kontekstual dan menyentuh realitas. Salah satu wujud konkritnya adalah ketika saya mengajak mahasiswa mengikuti kuliah lapangan di Telaga Menjer, Wonosobo. Kegiatan ini merupakan bagian dari mata kuliah Innovation & Entrepreneurship yang kami desain secara inovatif: bukan sekadar membicarakan teori bisnis di ruang kelas, tetapi mengajak mahasiswa mengalami langsung bagaimana merancang usaha yang realistis, relevan, dan berkelanjutan.
Simulasi Bisnis Sewa Perahu di Alam Nyata
Telaga Menjer, yang juga berfungsi sebagai reservoir PLTA Garung, kami pilih sebagai lokasi simulasi bisnis karena keunikannya, memadukan potensi ekonomi dan ekologi. Di sini, mahasiswa saya ajak menjalankan simulasi usaha penyewaan perahu. Mereka harus menghitung kebutuhan investasi awal, biaya operasional, ongkos perawatan, hingga memproyeksikan pendapatan dan laba. Tidak berhenti di situ, mereka juga kami tantang untuk menghitung Net Present Value (NPV), depresiasi aset, dan memperkirakan nilai sisa perahu setelah lima tahun masa ekonomi. Dengan latar danau yang tenang dan suasana pegunungan yang sejuk, diskusi tentang break-even point dan time value of money terasa jauh dari membosankan, justru menjadi pengalaman yang membuka wawasan.
Menanamkan Nilai Etika Lingkungan
Namun, kegiatan ini bukan hanya tentang angka dan grafik. Saya ingin mahasiswa memahami bahwa menjalankan usaha berarti juga menjaga harmoni dengan alam. Telaga Menjer bukan hanya sumber pendapatan potensial, tetapi juga aset ekologi yang harus dilestarikan. Oleh karena itu, sejak awal saya tekankan pentingnya etika lingkungan dalam setiap keputusan bisnis. Dalam diskusi, kami membahas bagaimana sebuah usaha bisa tetap menguntungkan tanpa merusak ekosistem sekitar. Mahasiswa diajak berpikir: bagaimana mengelola usaha wisata air tanpa mencemari air dan merusak tepian telaga?
Makan Bersama, Belajar Bersama
Sebelum memulai simulasi, kami makan bersama “nasi megono”, kuliner khas Temanggung. Momen ini menjadi awal yang hangat, membangun kebersamaan dan saling pengertian antar mahasiswa lintas program studi. Ternyata, pelajaran tentang kewirausahaan juga bisa datang dari rasa, tradisi, dan kebersamaan. Selama kegiatan, mahasiswa belajar banyak hal: mulai dari pentingnya tenaga kerja terampil, biaya tak terduga, fluktuasi harga bahan bakar, hingga bagaimana menghadapi risiko investasi di lapangan. Semua materi teori yang sebelumnya terasa abstrak, kini mereka hadapi langsung dalam suasana yang menyenangkan namun penuh tantangan.