Publikasi ilmiah merupakan salah satu kunci bagi peneliti untuk menyebarluaskan sebuah temuan baru hasil penelitian. Sebuah laporan penelitian yang dijilid tebal dan disimpan dalam perpustakaan universitas atau sebuah pusat studi, mungkin hanya dapat diakses oleh kalangan yang sangat terbatas. Sementara, ada jutaan orang di seluruh dunia yang sedang mencari referensi untuk mendukung riset mereka, atau dalam scope yang lebih luas, untuk membantu memecahkan masalah dan menciptakan solusi baru yang sedang mereka hadapi. Karena publikasi pada hakekatnya merupakan penyerahan karya peneliti ke masyarakat melalui penerbit, maka publikasi ilmiah merupakan “amal akademik” bagi para peneliti.
Re-Search (Mencari Kembali)
Sebuah penelitian akademik mungkin sudah berlangsung berabad-abad. Hingga saat ini, penelitian telah didefinisikan dalam beberapa cara yang berbeda, beragam, dan berkembang. Namun demikian, definisi yang lebih luas dari penelitian adalah aktivitas yang mencakup pengumpulan data, informasi, dan fakta untuk kemajuan pengetahuan [1].
Di Indonesia, istilah resmi penelitian salah satunya terdapat dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Penelitian merupakan kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan/atau pengujian suatu cabang ilmu pengetahuan dan teknologi [2].
Dari sekian banyak definisi penelitian, berdasarkan arti kata dalam bahasa inggris, penelitian adalah re-search (kegiatan mencari kembali). Karena kegiatan penelitian adalah mencari kembali, tentu tujuan dari sebuah pencarian adalah “menemukan sesuatu” dengan cara atau metode tertentu, dan hasilnya adalah “temuan baru”. Orang atau sekelompok orang yang terlibat langsung dalam proses pencarian untuk menemukan sesuatu inilah kemudian disebut sebagai peneliti atau periset. Saat ini, peneliti memiliki dua pilihan untuk menindaklanjuti temuan penelitian, melindungi atau mempublikasikan. Namun dalam buku ini secara spesifik akan membahas manajemen hasil penelitian yang diorientasikan untuk publikasi ilmiah, terutama pada jurnal internasional bereputasi.
Publikasi Sebagai “Amal Akademik” Peneliti
Untuk sebuah penelitian yang menghasilkan invensi, peneliti memiliki peluang untuk mematenkan temuan/invensi tersebut. Dalam hal ini, mematenkan hasil penelitian adalah untuk tujuan komersial, artinya jika paten tersebut dimanfaatkan oleh industri maka peneliti akan menerima royalty atau menerima penghasilan dari penjualan paten ke industri, meskipun setelah diindustrikan juga memberikan manfaat bagi pengguna teknologi.
Namun demikian, tidak semua hasil penelitian dapat dipatenkan,terutama jika itu dihasilkan dari penelitian-penelitian dasar (basic researchs). Luaran penelitian dasar berupa penjelasan atau penemuan dalam rangka mengantisipasi suatu fenomena, kaidah, model, atau postulat baru. Untuk itu, salah satu cara untuk menyampaikan temuan atau pengetahuan baru tersebut adalah melalui publikasi ilmiah [3].
Jika sebuah temuan penelitian berhasil dipatenkan dan diindustrikan, peneliti dan institusinya akan menghasilkan manfaat materiil secara langsung, yang berbeda dengan temuan penelitian yang dipublikasikan. Meskipun pada ujungnya sama-sama untuk memberikan kemanfaatan dan memberikan solusi terhadap masalah global, peneliti yang mempublikasikan hasil penelitiannya melalui jurnal ilmiah tidak akan menerima keuntungan materiil dari publikasinya. Inilah kemudian, bahwa publikasi ilmiah merupakan sebuah “amal akademik” seorang peneliti.
Dr. Ali Khumaeni, dalam bukunya “Kunci sukses menembus jurnal internasional bereputasi” memberikan pandangan yang lebih luas. Publikasi ilmiah, selain menjadi tanggungjawab seorang peneliti, juga merupakan perlindungan karya cipta. Dengan publikasi ilmiah, peneliti secara otomatis telah melindungi hasil pemikiran dan hasil karyanya, meskipun copyright secara formalnya dipegang oleh penerbit. Lebih lanjut, publikasi ilmiah juga memberikan dampak positif bagi peneliti, institusi, dan negara. Bahkan saat ini, publikasi ilmiah dalam jurnal internasional telah menjadi persyaratan khusus sebagai luaran wajib skim penelitian dasar dan menjadi syarat kelulusan untuk mahasiswa doktoral [4].
Korelasi antara Isi, Proses dengan Hasil Penelitian
Tugas utama peneliti adalah mengkomunikasikan hasil penelitian dengan komunitas ilmiah yang lebih luas [5-6]. Oleh karena itu, pembuatan naskah ilmiah tertulis (manuskrip) tidak boleh dianggap enteng/remeh. Perlu dicatat bahwa manuskrip yang berhasil disampaikan ke jurnal untuk publikasi memiliki tiga komponen utama: (1) keseluruhan gagasan (isi), (2) pelaksanaan pekerjaan (proses), dan (3) penyajian karya (hasil).
Ketiga komponen tersebut sangat penting. Gagasan yang buruk atau proses penelitian yang buruk tidak dapat diselamatkan dengan presentasi karya ilmiah yang bagus. Sebaliknya, gagasan bagus yang dilaksanakan dengan baik belum tentu dapat disajikan dengan baik dan mendapat perhatian yang baik dari pembaca [7].
Review Standar Nasional Penelitian
Sebagai salah satu penjelasan dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia menerbitkan Permenristekdikti Nomor 44 Tahun 2015 yang diperbaharui dengan Permendikbud Nomor 3 tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNDikti), yang mencakup standar pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat [8]. Namun demikian, dalam buku ini hanya membatasi untuk membahas tentang standar penelitian. Sebagai catatan, bahwa yang dimaksud standar dalam SNDikti tersebut adalah “kriteria minimal”, bukan ukuran pencapain.
Logika dasar yang dibangun dalam review ini adalah sebuah standar hasil (luaran) penelitian yang bagus diperoleh melalui standar isi (materi penelitian), standar proses, standar pengelolaan, standar penilaian, standar sarana, standar peneliti, dan standar pembiayaan yang baik. Catatan penting terhadap standar penelitian disajikan dalam Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Point of view standar nasional penelitian
Standar penelitian | Point of view |
Standar hasil | Hasil penelitian wajib disebarluaskan dengan cara diseminarkan, dipublikasikan, dipatenkan, dan/atau cara lain yang dapat digunakan untuk menyampaikan hasil penelitian kepada masyarakat, kecuali hasil penelitian yang bersifat rahasia, dapat mengganggu dan/atau membahayakan kepentingan umum atau nasional |
Standar isi | Penelitian dasar harus berorientasi pada luaran penelitian yang berupa penjelasan atau penemuan untuk mengantisipasi suatu gejala, fenomena, kaidah, model, atau postulat baru. Penelitian terapan harus berorientasi pada luaran penelitian yang berupa inovasi serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat, dunia usaha, dan/atau industri. Materi pada penelitian dasar dan penelitian terapan mencakup materi kajian khusus untuk kepentingan nasional dan harus memuat prinsip-prinsip kemanfaatan, kemutahiran, dan mengantisipasi kebutuhan masa depan. |
Standar proses | Kegiatan penelitian merupakan kegiatan yang memenuhi kaidah dan metode ilmiah secara sistematis sesuai dengan otonomi keilmuan dan budaya akademik dan harus mempertimbangkan standar mutu, keselamatan kerja, kesehatan, kenyamanan, serta keamanan peneliti, masyarakat, dan lingkungan. |
Standar penilaian | Penilaian proses dan hasil penelitian dilakukan secara terintegrasi paling sedikit memenuhi unsur: edukatif, objektif, akuntabel, dan transparan. Penilaian proses dan hasil penelitian harus memperhatikan kesesuaian dengan standar hasil, standar isi, dan standar proses penelitian. |
Standar peneliti | Peneliti wajib memiliki kemampuan tingkat penguasaan metodologi penelitian yang sesuai dengan bidang keilmuan, objek penelitian, serta tingkat kerumitan dan tingkat kedalaman penelitian. |
Standar sarana dan prasarana | Sarana dan prasarana penelitian harus memenuhi standar mutu, keselamatan kerja, kesehatan, kenyamanan, dan keamanan peneliti, masyarakat, dan lingkungan. |
Standar pengelolaan | Pengelolaan penelitian setidaknya meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pemantauan dan evaluasi, serta pelaporan kegiatan penelitian. Pengelolaan penelitian dilaksanakan oleh unit kerja dalam bentuk kelembagaan yang bertugas untuk mengelola penelitian. Institusi perguruan tinggi wajib memiliki kebijakan dan rencana strategis penelitian. |
Standar biaya | Perguruan tinggi wajib menyediakan dana penelitian internal ditambah dengan dana yang bersumber dari pemerintah, kerja sama dengan lembaga lain di dalam maupun di luar negeri, atau dana dari masyarakat. Pendanaan penelitian digunakan untuk membiayai: perencanaan penelitian, pelaksanaan penelitian, pengendalian penelitian, pemantauan dan evaluasi penelitian, pelaporan hasil penelitian, dan diseminasi hasil penelitian. |
Manajemen Luaran Penelitian
Seperti dijelaskan sebelumnya, gagasan/materi penelitian, proses penelitian, kualifikasi peneliti, sarana, pengelolaan, dan pendanaan memiliki hubungan yang erat dengan hasil penelitian. Pola hubungannya ditunjukkan dengan Gambar 1. sebagai berikut.
Gambar 1. Manajemen pencapaian standar hasil penelitian
Selain dipatenkan, mengacu pada standar nasional penelitian, hasil penelitian wajib untuk diseminarkan atau dipublikasikan, salah satunya lewat jurnal ilmiah.
Publikasi Melalui Forum Ilmiah
Forum ilmiah dapat berupa symposium, conference, dan scientific meeting. Publikasi melalui forum ilmiah dilakukan dengan mempresentasikan hasil penelitian secara lisan atau melalui sebuah poster kepada peserta forum yang umumnya adalah para akademisi, praktisi, dan ada kalanya juga industri, dengan bidang keilmuan yang sama. Dalam forum tersebut, para peserta dan pemakalah akan saling berdiskusi tentang hasil penelitian atau hasil pemikiran terbaru menggunakan metode-metode baru yang ditemukan. Para pemakalah juga akan memberikan pertanyaan dan masukan antar satu dengan yang lain untuk menyempurnakan hasil penelitian yang diperoleh [4].
Hasil pertemuan ilmiah umumnya dipublikasikan dalam artikel ilmiah yang dimuat dalam prosiding konferensi. Beberapa diantaranya (selected paper) juga dimuat dalam jurnal internasional special issue setelah melalui peer-review oleh reviewer di bidang keilmuannya. Beberapa prosiding internasional yang telah terindeks oleh Scopus dan Thomson Reuters (Web of Science) antara lain [9]:
- IEEE Explore (IEEE);
- Procedia (Elsevier);
- AIP (American Institute of Physics);
- CRC Press (Grup Taylor and Francis);
- IOP Conference Series;
- Atlantis Press; dan
- Trans Tech Publication.
Setiap tahun, di Indonesia sendiri ada ratusan symposium dan conference yang dilaksanakan suatu asosiasi dan universitas yang bekerjasama dengan penerbit-penerbit skala internasional dengan luaran berupa artikel dalam prosiding yang terindeks di Scopus dan Thomson Reuters. Informasi terkait jenis dan jadwal pelaksanakan symposium dan conference internasioanal dapat diakses di https://www.worldconferencealerts.com/[10]. Sementara, yang secara khusus diselenggarakan di Indonesia dapat diakses di https://conferencealerts.com/country-listing?country=indonesia [11].
Publikasi Melalui Jurnal Ilmiah
Selain melalui forum ilmiah dengan artikel yang terbit dalam prosiding, penelti juga didorong untuk publikasi dalam bentuk artikel di jurnal ilmiah yang melewati proses yang ketat. Jurnal ilmiah yang terbit untuk skala internasional disebut dengan jurnal internasional. Berbagai jurnal internasional telah diindeks oleh lembaga pengindeks jurnal. Lembaga pengindeks jurnal internasional yang saat ini dijadikan referensi oleh pemerintah adalah Thomson Reuters dan Scopus [4].
Artikel yang dapat diterima untuk dipublikasikan di jurnal interasional bereputasi setidaknya harus memenuhi dua kaidah umum, yaitu spesifik dan unik. Lebih lanjut, Elizabeth Zwaaf, marketing communications specialist di Elsevier,pada tahun 2013 memposting tulisan Dr. Torsten Pieper, asisten editor di Journal of Family Business Strategy tentang “8 reasons I accepted your article” [12]. Berikut adalah alasan jurnal ilmiah bereputasi memfasilitasi penerbitan atas manuskrip yang dikirim oleh penulis.
- Artikel harus memberikan wawasan tentang isu penting, misalnya, menyoroti masalah yang belum terpecahkan yang mempengaruhi banyak orang.
- Artikel harus memberikan wawasan yang bermanfaat bagi orang-orang atau lembaga yang membuat keputusan, terutama keputusan organisasi jangka panjang atau di bidang khusus.
- Artikel harus memberikan wawasan yang digunakan untuk mengembangkan kerangka kerja atau teori, baik teori baru atau yang sudah ada.
- Artikel harus memberikan wawasan yang merangsang atau memberikan petunjuk pada pertanyaan baru yang penting.
- Metode yang digunakan untuk mengeksplorasi isu tersebut harus tepat (misalnya pengumpulan data dan analisis data).
- Metode yang digunakan diterapkan secara ketat dan menjelaskan mengapa dan bagaimana datanya mendukung kesimpulan.
- Artikel menghubungkan ke penelitian sebelumnya dari bidang lain dan difungsikan untuk membuat argumennya menjadi jelas.
- Artikel tersebut disajikan dengan runut, artinya tulisan itu ditulis dengan baik dan mudah dimengerti, argumennya logis dan tidak bertentangan secara internal.
Sebelumnya, pada tahun 2012, Peter Thrower, PhD telah membuat tulisan yang mendapat respons banyak di laman Elsevier tentang “Eight reasons I rejected your article”[13]. Berikut penjelasannya.
Artikel tidak lolos dalam dalam penyaringan teknis
Sebelum dikirim ke redaksi, artikel diperiksa elemen teknisnya. Alasan utama penolakan adalah:
- Artikel tersebut berisi unsur-unsur yang diduga plagiasi, atau saat ini sedang ditinjau di jurnal lain. Mengirimkan artikel atau bagian artikel, kemudian mengirimnya ke beberapa jurnal pada saat yang bersamaan adalah hal yang melanggar etika.
- Naskahnya tidak lengkap, mungkin kurang elemen kunci seperti judul, penulis, afiliasi, kata kunci, teks utama, referensi atau pada bagian tabel dan gambar.
- Penggunaan Bahasa Inggris yang tidak memenuhi standar minimal untuk proses peer-review.
- Gambar-gambar tidak lengkap atau tidak cukup jelas untuk dibaca.
- Artikel tersebut tidak sesuai dengan authorguidelines untuk jurnal yang dituju.
- Referensi tidak lengkap atau sudah terlalu lama.
Artikel tidak termasuk dalam scope
Sebuah jurnal ilmiah yang bagus, memiliki scope editorial yang terbatas. untuk itu, manuskrip yang diluar scope biasanya akan ditolak diawal sebelum proses review, misal:
- Untuk jurnal karbon, bahan yang dipelajari mungkin mengandung karbon, tapi bukan karbon.
- Artikel yang diajukan menggunakan bahan karbon namun fokusnya pada sesuatu yang berbeda, atau
- Tidak ada ilmu karbon baru yang ditawarkan.
Artikel tidak lengkap
Dalam “author guidelines” suatu jurnal, biasanya telah memuat secara detail bagaimana penulis mempersiapkan manuskripnya. Namun demikian, dalam beberapa kasus terdapat sebuah manuskrip yang tidak lengkap yang membuat editor mengembalikan atau menolak pengajuan, misalnya:
- Artikel yang dikirim berisi pengamatan namun bukan studi yang utuh.
- Suatu artikel yang membahas temuan sehubungan dengan beberapa pekerjaan di lapangan namun mengabaikan pekerjaan penting lainnya.
Prosedur dan/tau analisis datanya kacau
Beberapa diantaranya mencakup:
- Artikel hasil penelitian yang tidak memiliki kelompok kontrol yang jelas atau matrik perbandingan lainnya.
- Penelitian tidak sesuai dengan prosedur atau metodologi yang dapat diulang.
- Analisisnya tidak valid secara statistik atau tidak mengikuti norma-norma lapangan.
Kesimpulan tidak dapat dibenarkan
Argumennya tidak logis, tidak terstruktur atau tidak valid.
- Data tidak mendukung kesimpulan.
- Kesimpulannya mengabaikan sebagian besar literatur.
Artikel hanya perpanjangan kecil dari artikel yang berbeda, seringkali dari penulis yang sama
- Temuan bersifat incremental dan tidak memajukan bidang yang diteliti.
- Artikel yang diajukan merupakan bagian dari sebuah studi yang lebih besar, dipisah-pisah untuk membuat sebanyak mungkin artikel.
Artikel tidak bisa dimengerti
Bahasa, struktur, atau gambartidak jelas sehingga manfaatnya tidak dapat dinilai.
Artikel yang membosankan
- Artikel yang seperti arsip, tambahan kecil, atau kepentingan marjinal ke bidang studi yang diteliti.
- Pertanyaan penelitiannya sama sekali tidak menarik dalam bidang studi yang diteliti.
Suatu artikel yang dikirim ke jurnal internasional bereputasi mungkin akan memakan waktu yang cukup lama dari submission sampai terbit. Ini karena penerbit-penerbit bereputasi harus memastikan bahwa manuskripyang akan diterbitkan telah melalui proses seleksi ketat, diulas oleh beberapa reviewer (blind review dan double blind review), dan diproduksi dengan standar tinggi. Para editor sadar bahwa suatu kesalahan fatal dalam sebuah artikel memiliki global impact. Proses penyerahan artikel hingga publikasi di jurnal internasional bereputasi biasanya membutuhkan waktu yang sedikitnya 3-4 bulan atau bahkan ada yang lebih dari 1 tahun, khususnya untuk artikel reguler. Sebagai gambaran, berikut disajikan proses penerbitan artikel pada Open Journal System(OJS).
Gambar 2 Proses editorial dan penerbitan dengan OJS
Sebuah kenyataan, bahwa untuk mempublikasikan satu artikel, sebuah jurnal melibatkan beberapa orang, yaitu beberapa orang reviewer, editor, dan staff produksi. Umumnya, reviewer adalah ilmuwan-ilmuwan yang sibuk dan bekerja sebagai voulenteer di beberapa jurnal. Meskipun editor selalu memberikan batas waktu yang rasional kepada reviewer untuk mengulas suatu artikel, proses review bisa memakan lebih banyak waktu dari yang ditentukan. Kendalanya bisa karena artikel tersebut yang memerlukan waktu lama untuk memvalidasi kebenarannya atau karena kendala waktu oleh para reviewer.
Original source: Teknik menyusun manuskrip dan publikasi ilmiah internasional
Referensi
[1] M. Shuttleworth, “Definition of Research,” Explorable, 2008. [Online]. Available: https://explorable.com/definition-of-research. [Accessed: 06-Oct-2017].
[2] Undang -Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi. 2012, pp. 1–97.
[3] Agricultural Information Management Standards, “Why it’s important for scientists to publish their work, and tips for submitting to F1000Research,” aims.fao.org. [Online]. Available: http://aims.fao.org/activity/blog/why-it’s-important-scientists-publish-their-work-and-tips-submitting-f1000research. [Accessed: 07-Oct-2017].
[4] A. Khumaeni, Kunci sukses menembus jurnal internasional bereputasi. leutikaprio.com, 2017.
[5] G. Tress, B. Tress, and D. A. Saunders, “How to write a paper for successful publication in an international peer-reviewed journal,” Pacific Conservation Biology. 2014.
[6] M. E. J. Curzon and P. E. Cleaton-Jones, “Writing scientific papers for publication: ‘Without publication research is sterile,’” European Archives of Paediatric Dentistry, 2012.
[7] J. P. Fisher, P. C. Johnson, and A. G. Mikos, “Guideliness for writing a research paper for publication,” no. 1.
[8] Peraturan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. 2015.
[9] Lukman, S. S. Ahmadi, W. Manalu, and D. S. Hidayat, Pedoman Publikasi Ilmiah. Jakarta: Direktorat Pengelolaan Kekayaan Intelektual, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kemenristekdiktii, 2017.
[10] WCA, “World Conference Alerts.” [Online]. Available: https://www.worldconferencealerts.com/. [Accessed: 08-Oct-2017].
[11] Conal, “Conference Alerts – Country Listing.” [Online]. Available: https://conferencealerts.com/country-listing?country=indonesia. [Accessed: 08-Oct-2017].
[12] T. Pieper, “8 reasons I accepted your article,” Elsevier, 2013. [Online]. Available: https://www.elsevier.com/connect/8-reasons-i-accepted-your-article.
[13] P. Thrower, “‘Eight reasons I rejected your article,’” Elsevier, 2012. [Online]. Available: https://www.elsevier.com/connect/8-reasons-i-rejected-your-article.
[…] baik adalah jurnal yang menerapkan secara ketat pengurusan manuskrip seperti yang ditunjukkan dalam pembahasan sebelumnya, terutama pada bagian proses review. Sebuah manuskrip mungkin akan diperiksa berkali-kali untuk […]