Beberapa waktu lalu, saya berkesempatan berdiskusi bersama rekan-rekan di laboratorium otomotif Sampoerna University, dalam sebuah forum santai namun penuh gagasan. Tema yang kami angkat: “Internal Combustion Engine: Progress and Prospect.” Meskipun dunia sedang gencar menuju elektrifikasi kendaraan, apakah mesin pembakaran dalam (internal combustion engine atau ICE) benar-benar akan ditinggalkan?
Realitas Industri Otomotif: Lebih dari Sekadar Teknologi
Selama berpuluh tahun, industri otomotif bukan hanya mengejar teknologi, tapi juga berupaya keras memenuhi ekspektasi konsumen: harga, kenyamanan, keandalan, efisiensi bahan bakar, dan nilai jual kembali. Saat ini, bahkan ketika mobil listrik makin banyak hadir, pertimbangan seperti Total Cost of Ownership (TCO) masih menjadi fokus utama konsumen.
Lebih jauh lagi, mobil kini tak hanya dipakai untuk transportasi. Orang mulai mencari kendaraan yang dapat berfungsi sebagai ruang kerja, ruang santai, bahkan mini restoran. Di sinilah teknologi ICE terus berevolusi untuk tetap relevan.
Regulasi dan Persaingan Industri
Dunia kini semakin ketat dalam regulasi emisi. Asosiasi industri otomotif Eropa (ACEA) menetapkan standar-standar ketat seperti CO₂ cap dan efisiensi bahan bakar. Produsen harus beradaptasi cepat—dengan biaya pengembangan dan manufaktur yang makin tinggi. Inilah alasan kenapa banyak produsen otomotif besar melakukan merger dan berbagi komponen untuk menekan biaya produksi.
Namun, tantangan tak berhenti di situ. Meski mobil listrik dianggap masa depan, pertanyaan besar tetap menggantung: “Apakah proses produksi listriknya juga ramah lingkungan?” Dan di sinilah ICE masih punya ruang untuk berkembang, terutama bila didukung inovasi teknologi.
Evolusi Teknologi ICE
Mesin ICE telah berevolusi dari karburator ke sistem injeksi langsung (Gasoline Direct Injection/GDI). Inovasi seperti:
-
HCCI (Homogeneous Charge Compression Ignition)
Menggabungkan keunggulan mesin bensin dan diesel untuk pembakaran lebih efisien dan bersih. -
Variable Valve Timing and Lift
Mengatur kapan dan seberapa lama katup dibuka, menyesuaikan dengan kebutuhan mesin secara real-time. -
Turbocharger dan Supercharger
Menambah udara ke ruang bakar untuk meningkatkan performa tanpa mengorbankan efisiensi bahan bakar.
Semua inovasi ini lahir dari satu tujuan: efisiensi maksimal dengan konsumsi bahan bakar minimal.
ICE dan Konteks Sosial Indonesia
Mengapa ICE masih bertahan di negara seperti Indonesia? Jawabannya sederhana: kebijakan pensiun kendaraan belum berlaku. Berbeda dengan Singapura atau Eropa, di mana mobil lama wajib ‘dimusnahkan’ setelah usia tertentu, di Indonesia mobil tua masih beredar luas dan menjadi bagian penting dari sistem logistik.
Jika ICE dihapus secara tiba-tiba, bukan hanya teknologinya yang terdampak—tetapi juga sosial-ekonomi masyarakat. Solusi ideal adalah transformasi bertahap, termasuk pensiun kendaraan secara sistematis, dan pengembangan teknologi ICE yang lebih ramah lingkungan.
Hybrid sebagai Jembatan Masa Depan
Hybrid engine menjadi solusi antara ICE dan mobil listrik murni. Kombinasi mesin konvensional dengan motor listrik memungkinkan efisiensi tinggi, sekaligus mengurangi emisi tanpa ketergantungan penuh pada jaringan listrik yang belum merata. Namun, tantangan besar di Indonesia bukan teknologi, melainkan ketersediaan energi listrik yang andal dan merata. Tanpa infrastruktur listrik yang memadai, mobil listrik sepenuhnya akan sulit diterapkan secara nasional.
Fokus Penelitian Masa Depan
Penelitian ICE tidak pernah berhenti. Topik yang masih hangat didiskusikan di jurnal ilmiah antara lain:
-
Geometri ruang bakar (combustion chamber)
-
Ignition delay dan teknologi pengapian
-
Dual-fuel engine, free piston engine, dan HCCI engine
-
Variable compression ratio
-
Teknologi water injection
-
Efisiensi sistem pendinginan dan pemanasan
Tak hanya teknisi mesin, kini ilmuwan material, pakar kontrol elektronik, hingga sosial ekonomi ikut terlibat dalam pengembangan otomotif modern. Sebab, efisiensi dan keberlanjutan bukan hanya soal logam dan mesin, tapi juga sistem energi, kebijakan publik, dan keseimbangan lingkungan.
Kesimpulan: ICE Masih Bertahan
Meskipun era mobil listrik telah tiba, internal combustion engine masih memiliki peran penting, setidaknya untuk beberapa dekade ke depan. Bukan karena teknologinya lebih unggul, melainkan karena kompleksitas kebutuhan manusia dan infrastruktur yang belum sepenuhnya siap beralih ke sistem baru. Dengan inovasi yang terus berkembang, ICE bisa tetap relevan, menjadi lebih bersih, efisien, dan bahkan menjadi bagian dari solusi transisi energi masa depan.