Bahan Bakar yang Mungkin Dikembangkan
Kedepan, akan ada beberapa perubahan pathway bahan bakar dari material dasar sampai bisa digunakan untuk kendaraan. Salah satu jalur sumber dan pemanfaatan bahan bakar disajikan dalam Gambar 1.17 berikut.
Gambar 1.17 Jalur bahan bakar untuk kendaraan
Dalam beberapa dekade terakhir, ketersediaan bahan bakar fosil telah menjadi perhatian banyak pemangku kepentingan [26], [27]. Produk minyak mentah dari ladang produksi saat ini mungkin telah melewati puncak produksinya. Masalah peak oil akan menyebabkan minyak menjadi langka, biaya produksi dan permintaan minyak akan meningkat, sementara pasokan terbatas [28]–[30]. Selain produksi minyak, isu krisis lain adalah perubahan iklim global yang disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil. Jika tidak dikendalikan, biaya dan tantangan pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) akan meningkat seiring berjalannya waktu.
Untuk mengatasi perubahan iklim dan emisi gas rumah kaca tersebut, salah satu cara yang efektif adalah segera bertindak untuk mengganti bahan bakar fosil dengan bahan bakar terbarukan, seperti ethanol untuk mesin Spark Ignition (SI) dan mesin Compression Ignition (CI) [31]. Penerapan ethanol pada mesin SI relatif lebih mudah dan bisa diterima oleh semua jenis Ligh Duty Vehicles (LDVs). Namun, aplikasi pada mesin CI harus dengan beberapa modifikasi mesin dan penggunaan enhancer cetane [32]. Gambar 1.18 berikut menyajikan beberapa contoh material untuk Bio Ethanol dan Bio Diesel sebagai bagian untuk upaya pengurangan emisi Gas Rumah Kaca.
Gambar 1.18 Biofuel untuk pengurangan emisi Gas Rumah Kaca
Fisibilitas Jangka Menengah
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penggunaan ethanol dimulai dari kesadaran akan menipisnya cadangan minyak bumi. Di sisi lain, penggunaan ethanol adalah untuk meningkatkan kualitas udara, terutama di daerah perkotaan [33]. Dalam dekade terakhir, produksi ethanol untuk sektor kendaraan terus meningkat [34], yang berarti dampak positif pada ekonomi lokal dan regional. Namun, produksi skala besar akan terhambat oleh ketersediaan lahan untuk memproduksi pangan. Untuk itu, dalam jangka pendek dan jangka menengah, setidaknya dalam 25 tahun mendatang, LPG masih menjadi bahan bakar alternatif pengganti bensin. Ini karena lebih bersih, meskipun sebagian besar LPG merupakan produk refinery.
Original source: Muji Setiyo & Suyitno, Teknologi Kendaraan Berbahan Bakar LPG
Referensi
[26] U. G. Akpan, A. A. Alhakim, and U. J. J. Ijah, “Production of ethanol fuel from organic and food wastes,” Leonardo Electronic Journal of Practices and Technologies, vol. 7, no. 13, pp. 001–011, 2008.
[27] I. K. Adam, A. Galadima, and A. I. Muhammad, “Biofuels in the Quest for Sustainable Energy Development,” Journal of Sustainable Development, vol. 4, no. 3, pp. 10–19, 2011.
[28] H. Carlsson and P. Fenton, “BioEthanol for Sustainable Transport – Results and recommendations from the European Best project,” Stockholm, 2010.
[29] IEA, “World Energy Outlook 2015,” Paris, 2015.
[30] S. Sorrell, J. Speirs, R. Bentley, A. Brandt, and R. Miller, Global Oil Depletion: An Assessment of the Evidence for a Near-term Peak in Global Oil Production, vol. 38, no. 9. 2009.
[31] EAA, “Annual report 2008 and Environmental statement 2009,” Copenhagen, 2009.
[32] I. E. A. ETSAP, “Ethanol Internal Combustion Engines,” Technology Brief T06, no. June, pp. 1–6, 2010.
[33] U.S Department of Energy, “Low-Level Ethanol Fuel Blends,” Clean Cities, no. April, 2005.
[34] EPURE, “European Renewable Ethanol: State of the Industry Report,” Energy, no. August, 2015.