Dalam sebuah perbincangan santai bersama Pak Adhan Efendy melalui Live Instagram, saya mendapat pertanyaan yang cukup personal: “Siapa sih yang memotivasi Prof sampai akhirnya bisa menjadi profesor?”

Pertanyaan ini membawa saya pada sebuah refleksi panjang tentang perjalanan karier akademik. Saya pun teringat pada dua cara pandang yang sering dianalogikan dengan “teori ayam” dan “teori telur” dalam meraih jabatan fungsional tertinggi di perguruan tinggi.

Teori ayam menggambarkan pola pikir sebagian dosen yang menganggap, “Sudahlah, yang penting jalani saja aktivitas tridarma, kumpulkan kredit, nanti lama-lama juga akan sampai.” Memang terdengar sederhana dan natural, tapi kenyataannya banyak yang tersendat di tengah jalan atau bahkan tak kunjung sampai ke tujuan.

Sebaliknya, teori telur adalah pendekatan yang saya yakini lebih efektif: mulai dengan menetapkan target yang jelas. Misalnya, seseorang ingin menjadi guru besar pada tahun tertentu, katakanlah 2030 atau 2032. Setelah itu, barulah kita mempelajari pedoman, menghitung berapa angka kredit yang dibutuhkan, dan merancang langkah-langkah strategis untuk mencapainya.

Dengan career planning yang terukur, perjalanan menjadi lebih terarah. Tidak sekadar mengandalkan “nanti juga sampai”, tapi benar-benar menyusun peta jalan yang jelas. Dan dari pengalaman yang saya amati, mereka yang mengikuti pola ini cenderung lebih banyak yang berhasil mencapai jabatan profesor tepat waktu.

Akhirnya, menjadi profesor bukan semata soal waktu yang berjalan, tapi tentang arah yang kita tetapkan dan kesungguhan untuk melangkah menuju ke sana. Seperti kata pepatah, “If you fail to plan, you plan to fail.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Yuk, Ikuti Media Sosial Kami!
Dapatkan informasi terbaru, inspirasi, dan berbagai kegiatan menarik lainnya dengan mengikuti akun resmi kami di media sosial.

 

Jangan lupa untuk tinggalkan jejak digital ya..