Istilah “Kampus Berdampak” menjadi kata kunci baru dalam lanskap pendidikan tinggi Indonesia. Sebagai bagian dari evolusi program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), inisiatif ini mendorong perguruan tinggi tidak hanya sebagai tempat belajar dan meneliti, tetapi juga sebagai katalisator dampak sosial, ekonomi, lingkungan, dan kemanusiaan yang terukur.

Dalam forum akademik bertajuk PPK BIsA di Universitas Terbuka, saya mencoba berbagi gagasan dan pengalaman tentang bagaimana membangun produk riset yang bukan hanya paten, tetapi juga siap dipasarkan. Istilahnya: Inovasi = Invensi + Komersialisasi.

Kampus Tak Cukup Sekadar Publikasi

Riset memang fondasi dari inovasi. Namun riset yang hanya berhenti di jurnal atau laporan internal tidak akan berdampak luas. Kampus perlu bertransformasi dari hanya mengejar publikasi menuju hilirisasi dan komersialisasi hasil riset. Mengapa? Karena:

  • Invensi dapat menciptakan lapangan kerja baru

  • Memberi solusi nyata bagi persoalan masyarakat

  • Meningkatkan kualitas hidup dan fasilitas publik

  • Meningkatkan nilai ekonomi kampus

Paten sebagai Gerbang Hilirisasi

Sebelum produk riset masuk ke pasar, perlindungan kekayaan intelektual menjadi tahap penting. Tiga syarat utama agar invensi bisa dipatenkan:

  1. Bersifat baru (novelty)

  2. Mengandung langkah inventif

  3. Dapat diterapkan dalam industri atau masyarakat

Namun paten hanyalah pintu masuk. Setelah itu, kita bicara tentang bagaimana riset tersebut diubah menjadi produk yang laku di pasar.

Dari Masalah Riil, Lahir Riset yang Relevan

Saya selalu percaya bahwa riset terbaik adalah riset yang menyelesaikan masalah nyata. Beberapa contoh yang saya angkat berasal dari desa, gunung, hingga fasilitas pembangkit listrik:

Riset semacam ini lahir bukan dari laboratorium semata, tapi dari pengamatan lapangan, empati, dan kolaborasi dengan masyarakat.

Go to Market Strategy: Riset Tak Berakhir di Rak

Riset yang siap pasar membutuhkan pendekatan ala bisnis: Go To Market (GTM) Strategy. Beberapa langkah penting di dalamnya:

  • Segmentasi Pasar: Kenali siapa yang paling membutuhkan produk kita

  • Value Proposition: Apa yang membuat produk kita unik dan layak dipilih?

  • Channel & Distribusi: Bagaimana produk sampai ke tangan konsumen?

  • Buyer Persona & Komunikasi: Sampaikan pesan dengan bahasa yang tepat

  • Customer Acquisition: Bangun basis pelanggan dan loyalitas

  • Model Bisnis dan Harga: Produk inovatif tanpa skema keberlanjutan akan berhenti di tengah jalan

Dalam membangun inovasi berdampak, kita butuh lebih dari sekadar pengetahuan teknis. Kita perlu kepekaan terhadap masalah sosial, kemampuan membangun kolaborasi lintas sektor, dan keberanian untuk masuk ke dunia nyata. Saya percaya, jika kita serius mengubah orientasi riset ke arah produk yang relevan, terlindungi, dan siap dipasarkan, maka “kampus berdampak” bukan hanya jargon, tapi kenyataan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Yuk, Ikuti Media Sosial Kami!
Dapatkan informasi terbaru, inspirasi, dan berbagai kegiatan menarik lainnya dengan mengikuti akun resmi kami di media sosial.

 

Jangan lupa untuk tinggalkan jejak digital ya..