Pertanyaan yang kerap muncul di kalangan akademisi adalah: apakah jurnal predator ditentukan oleh jumlah terbitan per tahun? Misalnya, jika sebuah jurnal terbit tiap bulan, atau bahkan lebih sering, apakah otomatis dianggap predator?
Volume dan Isu dalam Jurnal
Dalam sistem internasional, penerbitan jurnal umumnya hanya mengenal istilah volume, yang merujuk pada periode satu tahun. Misalnya, Volume 1 berarti terbitan pertama pada tahun tertentu, lalu berlanjut ke Volume 2 pada tahun berikutnya.
Di Indonesia, selain volume, dikenal pula istilah isu (issue). Misalnya, Volume 1 terdiri dari 4 isu, yang biasanya terbit setiap tiga bulan. Namun, sistem ini kini mulai bergeser.
Continuous Publication
Sebagian besar penerbit besar dunia telah beralih menggunakan sistem continuous publication. Artinya, artikel yang sudah diterima langsung dipublikasikan, tanpa menunggu terbitan edisi tertentu. Jika diterima Januari, maka akan terbit Januari. Siklusnya berlanjut sampai Desember, dan pada Januari tahun berikutnya masuk ke volume baru. Dengan sistem ini, pembagian isu tidak lagi relevan.
Apakah Jumlah Terbitan Mempengaruhi Status Jurnal?
Jawabannya: tidak otomatis. Jumlah terbitan yang meningkat tidak serta-merta menjadikan jurnal sebagai predator. Ada dua hal penting yang harus diperhatikan:
- Kualitas Artikel
Jika jumlah artikel meningkat namun kualitasnya tetap terjaga, jurnal tidak bisa dianggap predator. - Transparansi dan Keseimbangan Editorial
Penerbitan yang sehat ditandai dengan adanya keseimbangan antara jumlah artikel yang terbit dengan kapasitas tim editor. Logikanya, semakin banyak artikel yang diterbitkan, semakin banyak pula editor yang harus dilibatkan agar proses seleksi tetap ketat.
Sebaliknya, jika jumlah artikel meningkat pesat tetapi kualitas menurun dan transparansi hilang, barulah jurnal tersebut masuk dalam radar predator.